Naomi Witt meninggalkan calon suaminya di altar dan semua kehidupan yang dia tahu, untuk menemui Tina, saudara kembarnya di Knockemout, kota kecil di Virginia. Naomi berharap Tina sudah berubah, seiring waktu yang mereka habiskan hidup terpisah.
Namun Tina sama sekali belum berubah. Tina justru mencuri mobil dan semua harta benda Naomi. Bahkan Tina meninggalkan Waylay, anaknya yang berumur 11 tahun untuk diurus Naomi. Kini Naomi terjebak di Knockemout, tanpa mobil, tanpa uang, tanpa pekerjaan dan tanpa rencana hidup yang jelas.
Naomi bertemu Knox, saudara laki-laki kepala Polisi, yang awalnya mengira Naomi adalah Tina. Kesan pertama yang tidak begitu baik membuat Naomi jengkel pada Knox. Namun karena Naomi kini bertanggung jawab terhadap Waylay, mau tidak mau Knox membantu Naomi, setidaknya hingga kondisi keuangan Naomi lebih stabil. Setidaknya begitulah rencana Knox.
Aku tertarik pada buku ini karena cukup hype. Kebetulan ada fisiknya di Perpus Jakarta, karena ebook tidak tersedia di OverDrive/Libby. Seperti ciri khas buku romance akhir-akhir ini, aku ada disini hanya untuk bagian smut
Akhirnya selesai juga. Aku antara cinta & benci sama seri ini.
Sejujurnya aku terlalu depresi untuk menulis review, karena Eddard Stark mati. Jadi ak pending dulu reviewnya, mau nangis di pojokan dulu sampe rasa nyeri di hatiku hilang.
Lanjut buku kedua seri Locwood & Co. Kali ini tim Lockwood mengerjakan kasus mengenai hilangnya sebuah benda mistis bernama cermin tulang. Seperti namanya cermin tsb dibuat dari tulang belulang manusia, 6 manusia tepatnya. Konon apabila kita melihat cermin tsb kita bisa melihat gerbang antara dunia hidup & mati.
Aku berhasil menebak benar siapa penjahat sebenarnya disini...
Di akhir cerita Lockwood akhirnya membukakan pintu kamar yg selama ini terlarang dirumahnya. Kamar tsb ternyata milik....
I could've give the series 5 stars. The reasons I couldn't give it 5 stars are because the false reference of Islam & the LGBT content.
Buku ini menceritakan ttg kehidupan remaja di sekolah berasrama khas amrik, melibatkan kejailan, minuman keras, rokok, hook ups. Namun pd akhirnya pesan buku ini bagaimana remaja2 ini mengatasi kehilangan tragis salah seorang teman dekat mereka. Teman dekat yg impulsif namun menceriakan suasana, mengajari mereka pelajaran kalkulus sehingga mampu lulus. Betapa berbedanya keadaan setelah teman mereka itu pergi & bagaimana yg ditinggalkan mengatasi rasa sedih & kehilangan mereka, memaafkan diri sdr krn perasaan bersalah yg mereka bawa krn “bagaimana jika”.
I'm having so much fun reading this book. I think this is my first time reading this kind of satire boom. The topic is serious but the plot is mixed between mystery & comedy, I find myself giggle couple of times. Oh, and I feel so relate with Finn and everything about the motherhood sarcasm.
Akhirnya setelah tertimbun lama buku ini terjamah juga. Salah 1 buku gagal baca krn terlanjur nonton filmnya. Sebenarnya menonton filmnya dulu secara khusus untuk buku ini lumayan membantu memahami penggambaran permainan dlm buku ini. Itupun krn udh lama nontonnya jadi rada2 lupa sama penggambaran proses permainan sepanjang buku, masih ada beberapa tempat yg aku gk ngerti bagiaman cara membayangkannya.
Ender sebagai anak ketiga diatur untuk masuk Battle School, direkrut dari usia yg sangat muda, 6 thn, namun dgn kecerdasan tinggi. Selama di Battle School dia diberi “pelajaran” yg lebih berat dibanding anak2 lain dlm sejarah sekolah krn Kolonel Graff, kepala Battle School melihat suatu potensi dlm diri Ender untuk menjadi komandan dlm peperangan dgn Bugger.
Secara keseluruhan buku ini bagus, walau aku gk ngerti di beberapa tempat, namun ide & world building brilliant.
Sydney Shaw tidak beruntung dalam berkencan di masa lalu. Dari aplikasi kencan, dia bertemu dengan pacar sempurna, akhirnya dia mendapat jackpot, pikirnya. Pacar barunya terlihat sempurna, memikat, tampan dan seorang dokter di rumah sakit lokal.
Sampai terjadi pembunuhan brutal seorang gadis muda. Tersangka utamanya adalah pria misterius yang berkencan dengan korbannya sebelum menghabisinya.
Sydney seharusnya merasa aman, dia berkencan dengan pria impiannya. Namun entah kenapa dia tidak bisa menyingkirkan kecurigaannya, pria sempurna kemungkinan tidak bisa sesempurna kelihatannya.
Misteri utama berpusat pada Tom, yang identitas dan masa lalunya terungkap secara bertahap, menunjukkan keterkaitannya dengan pembunuhan tersebut. Buatku Ini novel pertama McFadden yang kubaca dan menurutku penulis berhasil membangun ketegangan sepanjang novel, dengan berbagai kejutan. Dengan bab pendek-pendek dan gaya menulis yang mudah diikuti, aku cukup menikmati novel ini.
Aku merekomendasikan novel ini bagi penggemar thriller dan misteri.
Pada tahun 1975, di kota kecil Monta Clare, Missouri, gadis-gadis mulai menghilang. Joseph "Patch" Macauley, seorang remaja berusia 13 tahun yang lahir dengan satu mata, menyelamatkan seorang gadis dari serangan, namun kemudian diculik oleh pelaku. Selama penahanannya, Patch bertemu dengan Grace, seorang gadis misterius yang menemaninya dalam kegelapan. Setelah berhasil melarikan diri, Patch terobsesi untuk menemukan Grace, yang tampaknya telah menghilang tanpa jejak. Pencariannya berlangsung selama beberapa dekade, mengubah hidupnya dan orang-orang di sekitarnya.
Novel ini rentang waktu kisahnya 30 tahunan. Buatku waktu yang diperlukan untuk pembeberan fakta dan pengungkapannya terlalu lama dan lambat hingga terasa membosankan. Namun emosi yang kurasakan terhadap tokoh-tokohnya digambarkan dengan baik oleh penulis.
Terjebak badai salju di rumah, hanya bersama anak-anaknya, seorang ibu mengantar anak-anaknya tidur pada tengah malam. Dia sempat mendengar suara berisik, namun rumah tua sudah biasa menimbulkan suara-suara aneh. Namun kali ini, suara itu terasa akrab, suara tapak kaki yang berat dan tidak biasa, menaiki tangga.
Dia melihat gambaran seorang pria, terselubung bayangan. Ketakutan, dia membangunkan anak-anaknya dan membawa mereka ke bagian tertua dari rumah, kamar rahasia yang mungil yang tersembunyi. Disanalah mereka bersembunyi, seriring dengan pria tadi mencari keberadaan mereka, membujuk supaya anak-anaknya keluar dan menakuti ibunya.
Novel ini menurutku termasuk atmospheric horor, membaca bagaimana sang ibu melewati menit demi menit yang mencekam ketika rumahnya diinvasi oleh pria tidak dikenal dan dia harus mengamankan kedua anaknya. Jujur aku mengharapkan plot twist atau pengungkapan yang mengejutkan. Namun ketika aku sampai momen pengungkapan, aku agak kecewa, pelakunya memang tidak terduga tapi juga tidak terlalu spesial.
Aku tetap merekomendasikan ini bagi penyuka thriller karena aku benar-benar merasakan ketegangan yang dialami sang tokoh utama.
The Fury of the Gods karya John Gwynne adalah novel penutup dari Bloodsworn Saga, sebuah seri fantasi epik yang terinspirasi oleh mitologi Nordik. Ceritanya mengikuti kelompok pejuang Bloodsworn yang menghadapi pertempuran klimaks melawan kekuatan dewa.
Di buku sebelumnya, sudah disebutkan para dewa yang dibangkitkan kembali yaitu sang dewa naga Lik-Rifa, dewa tikus Rotta dan dewa serigala Ulfrir yang dipegang kendalinya oleh Elvar, kini menjadi chief Battle Grim. Buku ketiga dan penutup yang penuh aksi dan petualangan, walau penuh dengan pertempuran dan kematian, namun ada pula momen “change of heart” para karakternya yang menyentuh hati.
Yang mengikuti seri Bloodsworn Saga wajib membaca The Fury of The Gods.
Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi tradisi, jalan kehidupan Putri Lia sudah ditentukan sejak dia lahir. Sebagai Putri Pertama dia diharapkan mewarisi kemampuan melihat - walau ternyata tidak dimilikinya. Orang tuanya menjodohkan Lia dengan pangeran kerajaan tetangga yang tidak dikenalnya sekaligus untuk menjalin aliansi.
“The Kiss of Deception” adalah novel pertama dari seri “The Remnant Chronicles”. Ceritanya mengikuti perjalanan Putri Lia, yang melarikan diri dari pernikahan yang sudah diatur. Ia meninggalkan kerajaan Morrighan demi mencari kebebasan dan kehidupan yang ia inginkan. Dalam pelariannya, Lia bekerja sebagai pelayan di sebuah desa kecil bernama Terravin, namun keberadaannya segera menarik perhatian dua pria misterius: pangeran yang ditolaknya dan seorang pembunuh yang dikirim untuk membunuhnya. Selama ceritanya, Lia harus menghadapi petualangan, ancaman, dan teka-teki tentang identitas sesungguhnya dari pria-pria tersebut.
Novel ini menyajikan unsur romansa, kebebasan, dan penemuan diri dengan latar belakang dunia fantasi yang menarik. Cerita ini menghadirkan unsur kejutan dengan sudut pandang berbeda dari pria-pria ini, memberikan pembaca kesempatan untuk menebak siapa di antara mereka yang merupakan pangeran dan siapa pembunuh.
Tertarik membaca ini karena rekomendasi dan ulasan dari sesama bookstagram. Namun sepertinya seri ini bukan seleraku.
rasanya kok lama bgt menyelesaikan seri ini. sptnya krn faktor U jd gk terlalu menikmati seri ini, pdhl seri ini termasuk laris di seluruh dunia. well, some book is not my cup of coffee.
Anoor is the first blue-blooded ruler of the Wardens' Empire. But when she is accused of a murder she didn't commit, her reign is thrown into turmoil. She must solve the mystery and clear her name without the support of her beloved, Sylah.
Sylah braves new lands to find a solution for the hurricane that threatens to destroy her home. But in finding answers, she must make a decision, does she sacrifice her old life in order to raise up her sword once more?
Hassa's web of secrets grows ever thicker as she finds herself on a trail of crimes in the city. Her searching uncovers the extent of the atrocities of the empire's past and present. Now, she must guard both her heart and her land.
The three women find their answers, but they're not the answers they wanted. The drumbeat of change thrums throughout the world.
Many secrets are revealed on this second installment, especially the one on the end of the book, make me wish I could read the next installment immediately.
Ini adalah novel fantasi debut YA yang menggabungkan unsur balas dendam, romansa, dan sihir gelap dalam dunia yang terinspirasi dari budaya Pakistan. Ceritanya tentang Dania, seorang anak dari pembuat senjata yang dikhianati dan dipenjara secara tidak adil.
Takdir mempertemukan Dania dengan Noor di penjara. Bersama mereka berhasil melarikan diri dari penjara untuk membalas dendam pada orang-orang yang mengkhianatinya. Untuk Dania, termasuk mantan kekasihnya, Mazin.
Premisnya cukup menarik, karenanya aku mencoba membaca novel debut ini. Kurasa untuk penggemar fantasi boleh memberi novel debut ini kesempatan.
"The Whispering Night" adalah novel ketiga dan penutup dari trilogi "The Luminaries". Novel ini melanjutkan kisah Winnie Wednesday, yang kini posisinya semakin kuat di komunitas Hemlock Falls. Hubungannya dengan Erica Thursday membaik, dan romansa dengan Jay Friday semakin berkembang. Mereka bersiap untuk Nightmare Masquerade, sebuah perayaan besar bagi para Luminary. Namun, kedatangan tamu tak diundang, termasuk seorang Diana bertopeng, membuat keadaan menjadi runyam. Atau malah motivasi untuk Winnie dalam memecahkan petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan oleh ayahnya?
Secara keseluruhan semua misteri yang belum terpecahkan di 2 buku pendahulunya terbuka semua disini. Hanya saja, buatku, rasanya terlalu panjang untuk menjadi 3 buku, jadi alurnya terasa lambat, terlebih buku 2 yang biasanya "menanggung kesalahan" dari suatu trilogi. Namun, sekali lagi, ini adalah YA, jadi kecepatan alur menyesuaikan.
Aku akan tetap merekomendasikan novel ini bagi penggemar YA fantasy. Susan menulisnya dengan baik & runut, diksi juga mudah dimengerti. Ada beberapa bagian mengandung sarkasme & kelucuan.
Seri Charlie Parker memasuki seri ke-21. Berbeda dengan pendahulunya, yang biasanya ada bagian prolog yang panjang, di buku ini langsung masuk ke kasus yang diselidiki Parker atas permintaan Moxie Castin, pengacaranya.
Colleen Clark dituduh melakukan kejahatan paling buruk yang bisa dilakukan oleh seorang ibu, penculikan dan (kemungkinan) pembunuhan anaknya, Henry. Semua percaya dia bersalah, para penuntut umum yang sedang dalam masa kampanye, polisi, bahkan suaminya sendiri, ayah Henry.
Aku langsung terpikat hanya dari blurbnya dan setelah mulai membacanya, pensaran hingga ke bab akhir. Awalnya aku berpikir, setelah sekian lama dan seri ini sampai ke angka 21, akan kehilangan keseruannya. Namun om John membuktikan aku salah. The Instuments of Darkness adalah seri Charlie Parker terbaik sejauh ini.
Bagi kalian yang pernah membaca seri Charlie Parker namun belum mulai lagi, aku sarankan kalian segera menyusul hingga ke The Instruments of Darkness ini.
June Hayward dan Athena Liu sama-sama penulis. Athena, keturunan Asia, ternyata lebih ngetop. Sementara June berpendapat tak ada yang akan tertarik pada karyanya, gadis kulit putih biasa.
Ketika Athena mendadak meninggal, June mencuri manuskrip Athena lalu menyerahkannya ke penerbit sebagai karyanya. Penerbit membuat citra baru bagi June, lengkap dengan foto yang ambigu mengenai etnik dirinya.
Di luar dugaan, buku itu sukses besar.
Namun, June tidak bisa lolos dari bayangan Athena, dan bukti-bukti bermunculan, mengancam kesuksesan June.
Saat berpacu untuk menutupi rahasianya, June jadi tahu seberapa jauh ia berani bertindak untuk mempertahankan apa yang menurutnya layak ia dapatkan.
Sepanjang buku sangat sulit bagiku untuk mendukung tokoh tindakan tokoh utamanya si June, yang mengambil manuskrip mentah Athena. Walau dalam perjalanannya June mengerahkan seluruh waktu, pikiran dan riset untuk menyempurnakannya hingga menjadi buku, tetap saja, itu adalah hak milik Athena.
Di buku ini aku jadi mengerti seluk beluk dunia penerbitan. Dimulai dari penulis menyerahkan naskah berlanjut ke proses penerbitan, banyak sekali orang-orang yang terlibat di balik layar dari sebuah buku. Mulai dari agen, penyunting naskah, promosi, pra penerbitan, hingga ada yang namanya pembaca sensitif mengenai topik di dalam buku. Ketika buku belum terbit secara resmi pun penerbit membagikan salinan pembaca pertama kepada pembaca tertentu.
Penulis juga menyorot bagaimana social media sangat berpengaruh pada mental penulis. Orang-orang bisa kejam dalam menulis maupun mengomentari topik yang sedang ramai. Bisa menjadi toksik bagi siapapun yang menjadi target serangan.
Bagi yang sudah membaca trilogi The Poppy War dan menyukainya, aku sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian, walau genrenya bukan fantasi, tapi aku yakin kalian akan menikmati tulisan Miss Kuang disini.
Slow Dance menceritakan kisah dua sahabat masa kecil, Shiloh dan Cary, yang kembali bertemu setelah bertahun-tahun terpisah. Mereka adalah sahabat sewaktu SMA. Mereka berencana keluar dari Omaha, Shiloh akan kuliah dan menjadi aktris, sedang Cary akan masuk Akademi Angkatan Laut. Mereka berjanji akan bersahabat selamanya.
Kini Shiloh berusia 33 tahun, pernah menikah dan kini bercerai dengan 2 anak. Shiloh kembali tinggal di rumah masa kecilnya di Omaha.
Shiloh dan Cary adalah karakter-karakter yang relatable untukku. Kisah ini membawaku kembali ke masa muda dan mengenang kembali persahabatan yang pernah kumiliki.
Perpaduan trope friends-to-lovers dan kesempatan kedua yang berkembang perlahan-lahan ini sangat menyentuh hati.
Karakteristik Rainbow Rowell yaitu menciptakan dialog yang natural dan humor. Gaya penulisannya yang ringan membuat novel ini mudah dinikmati.
Belum 5 bintang karena di beberapa dialog Shiloh dan Cary lebih seperti remaja daripada orang dewasa yg bertemu kembali. Selain itu hampir 400 halaman agak terlalu panjang untuk romance menurutku. Aku tetap merekomendasikan novel ini untuk penyuka romance ringan.
Just for the Summer mengikuti kisah Justin dan Emma, dua orang yang memiliki masalah serupa: mantan-mantan mereka selalu menemukan jodoh sejati setelah putus dengan mereka.
Karena utas reddit, cerita kutukan Justin menjadi viral di internet. Setiap wanita yang pernah dikencani Justin, menemukan jodohnya setelah putus dengan Justin. Ketika Emma mengirimkan DM ke Justin, mengatakan kalau dia mengalami masalah yang sama, mereka punya ide yang sama : mereka berkencan lalu putus, dengan harapan setelah mereka putus masing-masing akan menemukan jodoh. Sepertinya ide yang bagus, bukan?
Emma dan sahabatnya Maddy yang berkerja sebagai suster tidak pernah merencanakan pergi ke Minnesota. Tapi tawaran bertemu Justin dan bersama-sama mematahkan kutukan terlalu bagus untuk dilewatkan.
Untuk seleraku premisnya menarik namun eksekusi terlalu biasa. Bagusnya, ada beberapa pelajaran hidup dan kutipan-kutipan sarat makna dalam novel ini. Namun aku tetap merekomendasikan novel ini kepada penggemar genre romansa kontemporer
Daphney selalu menyukai bagaimana tunangannya, Peter menceritakan bagaimana kisah mereka pertama bertemu, lalu jatuh cinta, dan pindah ke kampung halaman Peter untuk memulai hidup baru mereka. Hingga pesta bujang yang berakhir bersamaan dengan berakhirnya pertunangan mereka, karena Peter mengaku bahwa selama ini jatuh cinta pada sahabat masa kecilnya, Petra.
Dan begitulah cerita Daphney dimulai, terdampar di kota kecil Waning Bay, Michigan, tanpa teman ataupun keluarga, namun memiliki pekerjaan impiannya, pustakawan buku anak, dan mengajukan permintaan menjadi teman serumah kepada satu-satunya orang yang mengerti kondisi sulitnya, mantan Petra, Miles.
Akhirnya mereka teman serumah yang saling menghindari, hingga suatu hari mereka dihadapkan pada derita yang sama, menerima undangan pernikahan Peter & Petra. Berakhir dengan rencana untuk pura-pura berkencan kemudian mengunggah foto mereka di media sosial.
Emily kembali dengan trope fake dating, dan sungguh ini rasanya kembali ke “rasa” Emily di Beach Read. People We Meet On Vacation, Book Lovers dan Happy Place kurang bisa mengulang “rasa” Beach Read” menurutku. Emily membuatku merasakan emosional yang sama ketika aku membaca Beach Read. Aku sangat menyukai judul ini.
Aku merekomendasikan buku ini untuk para penggemar romansa.
Pada malam pernikahan putrinya Alia, Salma membaca masa depan Alia melalui ampas di gelas kopi. Dia melihat masa depan yang tidak pasti untuk Alia dan anak-anaknya, namun dia juga melihat perjalanan dan keberuntungan.
Salma memutuskan untuk menyimpannya sendiri. Namun semua ini terlupakan dengan pecahnya perang enam hari di Palestina tahun 1967 dan mereka tercerabut dari Nablus, padahal mereka tadinya pindah ke Nablus dari Jaffa saat Nakba tahun 1948.
Ini cerita mengenai empat generasi orang Palestina, diceritakan dari sudut pandang tokoh yang berbeda di setiap bab. Setiap bab ditulis dengan urutan kronologis yang runut walau berpindah sudut pandang, dari rentang waktu 1967 hingga 2015.
Cerita dimulai dari Salma & suaminya yang terpaksa meninggalkan segala yang mereka punya di Jaffa, menuju Nablus. Nablus tempat anak-anak Salma tumbuh besar, Widad, Alia & Mustafa.
Pecah perang enam hari di tahun 1967, yang membuat Salma pindah ke Amman, Alia menyusul Widad ke kota Kuwait. Disana Alia membesarkan anak-anaknya, Riham, Karam dan Souad.
Tahun 1990, ketika pecah perang Irak-Kuwait, Souad sedang kuliah di Paris, lagi-lagi Alia harus meninggalkan Kuwait ke rumah peninggalan ibunya di Amman.
Cerita berawal dari Jaffa, Palestina namun berfokus pada perjalanan keluarga ini setelah tercerabut dari akar mereka. Mereka terpaksa mencari “rumah” di negara-negara lain (perjalanan mereka dimulai dari Amman, Kuwait, Paris, Boston, Beirut), namun pada akhirnya, mereka merasa tidak menemukan “rumah” dimanapun.
Awalnya menurutku membosankan, cerita berpindah sudut pandang setiap bab. Namun menjelang akhir buku ini membuatku sedih dan terharu, sungguh menyesakkan. Aku merekomendasikan buku ini pada penggemar kisah keluarga, nilai plusnya, keluarga yang berasal dari Palestina.