Sungai yg dikenal dgn Kolam Penenggelaman, selama berabad-abad telah merenggut banyak nyawa. Semuanya perempuan. Kini sungai itu kembali menelan korban: Nel Abbot, wanita yang bertekad untuk menyingkap rahasia sungai itu dan menuliskan kisah-kisahnya. Apakah dia jatuh? Apakah dia bunuh diri? Apakah dia dibunuh?
Banyaknya PoV di buku ini sangat membingungkan, perpindahan bab seringnya diikuti oleh perpindahan PoV dan biasanya perpindahan itu terjadi pada org2 yg terlibat dlm PoV sblmnya. Jadi, membingungkan, aku hrs membalik halaman untuk memastikan kali ini PoV siapakah?
Untuk twistnya & pengungkapan identitas pembunuhnya okelah. Ada 1 hal yg membuatku penasaran & hingga akhir tdk diungkapkanboleh pengarang (spoiler), apa yg terjadi pada Mark?
Wade Watts hanya merasa sepenuhnya hidup saat masuk ke dunia utopia virtual yang dikenal sebagai OASIS. Wade membaktikan hidupnya untuk mempelajari teka-teki tersembunyi dalam dunia virtual tersebut. Teka-teki yang berasal dari James Halliday, sang pencipta OASIS, tempat Halliday menyembunyikan harta peninggalannya yang paling berharga dalam obsesinya terhadap budaya pop dan permainan video tahun 1980-an. Saat Wade menemukan petunjuk pertama, seluruh dunia mengejarnya, karena banyak orang yang rela membunuh demi menemukan rahasia tempat Halliday menyembunyikan hartanya.
Dan sejak itu dimulailah perburuan yang sesungguhnya. Bagi Wade, ini bukan sekadar Perburuan, tapi bagaimana dia bisa menyelamatkan dunia virtual tempatnya berlindung, dan pada saat yang sama berusaha menyelamatkan orang-orang yang dicintainya di dunia nyata. Satu-satunya cara bagi Wade untuk bisa melakukannya adalah dengan memenangi Perburuan itu.
Yang paling aku suka dari novel ini adalah pesan Halliday kepada pemenang perburuan Easter Egg, di akhir novel.
“I was afraid, for all of my life, right up until I knew it was ending. That was when I realized, as terrifying and painful as reality can be, it's also the only place where you can find true happiness. Because reality is real.”
Jadi sebagus-bagusnya dunia utopia OASIS tetaplah hanya di kehidupan nyata kita akan menemukan kebahagiaan sejati, walau dalam perjalanannya banyak hal menakutkan & menyakitkan.
Andy Barber adalah seorang asisten jaksa wilayah di pinggiran Massachusetts selama lebih dari dua puluh tahun. Dia hidup bahagia dengan Laurie, istrinya, juga Jacob, anaknya. Sebuah peristiwa pembunuhan terjadi di taman Cold Spring, di dekat rumah mereka, Jacob dituduh sebagai pembunuh. Sebagai seorang ayah, naluri untuk membela putranya terus berkobar dalam diri Andy. Dia melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan putranya, karena dia yakin bahwa Jacob tidak bersalah. Dia percaya pada putranya. Persidangan terus berlanjut, dan dampaknya memengaruhi kehidupan keluarga Barber. Fakta tersembunyi yang telah lama dikubur Andy malah terkuak, bahkan mengancam rumah tangganya.
Sepanjang buku ketika sedikit demi sedikit fakta mulai terkuak aku merasakn gemes pada Andy, Karena kepercayaan butanya pada Jacob. Bahkan Laurie sempat waspada ketika hasil pemeriksaan kejiwaan Jacob dikemukakan. Secara keseluruhan aku menilai buku ini cukup bagus, sulit untuk menulis sebuah kisah kejahatan ddgn begitu sedikit buktu, yang ada hanya dugaan2 apa yg sebenarnya terjadi.
Endingnya cukup baik menurutku, Karena itulah yg terbaik. Apa yg terjadi pada Jacob adalah hal sulit untuk semua ibu. Aku bahkan tidak akan tahu apa yg akan kulakukan jika berada di posisi Laurie.
Di usianya yang baru 17 tahun, Mariko dikirim ke istana imperial untuk bertemu dengan tunangannya, putra Kaisar namun bukan pewaris tahta. Tapi, di tengah jalan konvoi Mariko diserang oleh klan hitam, yang disewa untuk membunuh Mariko sebelum dia sampai di istana. Berhasil bertahan hidup, Mariko hampir tidak berhasil kabur dari hutan, di mana dia merencakan pembalasan dendamnya. Berpakaian sebagai laki-laki, dia memutuskan untuk menyusup ke dalam Klan Hitam dan memburu mereka yang bertanggung jawab dalam memburunya.
Akhir2 ini lebih sering kecewa dengan YA fantasy, namun pembuka seri ini sungguh membuat ketagihan. Aku menyukai duologi Miss Ahdieh sebelumnya. seri The Wrath & The Dawn, dan seri keduanya ini justru lebih bagus & seru dibanding yang pertama.
Aku suka bagaimana hubungan antara Mariko & Okami, tdk terkesan insta-love atau terburu-buru seperti Shazi & Khalid. Aku suka dunia samurai yg digambarkan oleh penulis. serta tokoh2 yg diciptakan.
Sudah 2 tahun sejak aku membaca marathon dunia Shadowhunter, trilogy pertama & kedua The Mortal Instrument juga Trilogy The Infernal Devices. Aku mengalami momen insta-love dgn dunia Shadowhunter, termasuk tokoh villain tercinta Jonathan Christopher Morgenstern. Membuatku sedikit amnesia kalua Cassie Clare itu kalo nulis buku tebel & isinya macam emak2 curhat hehehe.
Trilogy The Dark Artifices ini terjadi 5 thn setelah Dark War yg dipimpin oleh Jonathan Morgenstern. Selepas Perang Hitam dalam City of Heavenly Fire yang melibatkan hampir seluruh Shadowhunter dan penghuni Dunia Bawah dari berbagai penjuru dunia, kehidupan kembali normal. Setiap kelompok berusaha membuang jauh-jauh mimpi buruk tentang perang. Mereka hidup dalam naungan hukum baru yang disebut Perjanjian Damai.
Emma Carstairs dan Julian Blackthorn yang saat Perang Hitam masih tergolong anak-anak, tumbuh menjadi remaja-remaja tangguh dengan beban tanggung jawab dua kali lipat orang dewasa. Julian harus mengurus dan membesarkan empat orang adik-adiknya yang kehilangan orangtua akibat perang, ditambah lagi kewajiban untuk membantu menjalankan Institut Los Angeles. Emma masih terobsesi mencari tahu pembunuh orangtuanya.
Pembunuhan misterius terjadi di sekitaran Hollywood. Mereka dibunuh dengan cara yang ganjil, semua korbannya adalah warga Dunia Bawah. Awalnya, Julian dan Emma hanya sekilas saja mencermati berita itu, sampai ketika utusan kaum peri datang ke Institut. Membawa sesosok manusia setengah peri yang selama ini muncul dalam mimpi-mimpi Julian. Para Shadowhunter muda ini memutuskan untuk terlibat dalam penyelidikan dan beraksi diam-diam. Penyelidikan yang tidak hanya membuat Emma dan Julian masuk ke dalam pusaran masalah besar, tetapi juga jalinan perasaan antara keduanya yang lebih rumit lagi.
Penilaianku bisa saja bias, seperti kubilang aku sangat mencintai dunia Shadowhunter. Jadi 5 bintang untuk Lady Midnight.
Lelaki itu dikenal sebagai “Penjaga Taman”. Dia menculik gadis2 rata2 berumur 16 thn. Dia memberi tato gambar kupu2 spesies tertentu di punggung setiap gadis, tdk ada spesies yg sama, 1 gadis 1 spesies. Dia “menandai” mereka dgn tato tsb & menyebut mereka “kupu2”nya, karena kupu2 mahluk yg indah namun hidupnya singkat. Setelah tato selesai dibuat disitu lelaki tsb memperkosa gadis tsb untuk pertama kalinya.
Ketika seorang gadis merayakan ultah 21 thn di “taman” tempat mereka disekap, gadis2 itu dibunuh, diawetkan jasadnya dgn mengganti darah mereka dgn formalin, kemudian “dipamerkan” di sebuah etalase kaca dgn posisi spt kupu2, punggung menghadap dpn & tangan direntangkan, & etalase kaca itu diisi cairan pengawet. Jadi masa hidup setiap “kupu2” 5 thn di taman tsb.
So creepy... Tapi yg seperti ini genre favoritku banget, ala2 Criminal Minds dimana agen FBI dari Behavioural Analysis Unit memburu penjahat sakit jiwa & paling berbahaya. Dan aku selalu takjub dgn apa yg ada di pikiran pembunuh2 seperti ini.
Sayang ending ada yg membuatku bingung, klo ak gk bingung paati udh dpt 5 bintang ini.
Saat dunia nyaris hancur akibat Perang Spora dan kini hanya tersisa Starter – anak-anak serta remaja – dan Ender, manula. Mereka yang berumur di antaranya sudah punah. Callie adalah Starter yang menyewakan tubuhnya di Prime Destinations. Di sana para Ender bisa menyewa tubuh untuk menjadi muda lagi. Penyewa masuk ke dalam kepalanya. Suatu hari neurochip mengalami malfungsi. Callie tersadar di tubuhnya saat masa sewa belum selesai. Semua orang mengira dia adalah Ender penyewanya. Keadaan menjadi rumit ketika dia mengetahui rencana mematikan penyewanya.
Beli ini Karena obral. Isinya dystopia seperti yg sempat menjadi trend bbrp saat yg lalu. Tidak begitu istimewa, banyak plothole & hal2 yg kurang masuk akal. Penyelesaian terlalu mudah. Dan masih ada lanjutannya...
Buku ini bercerita tentang Henry Jones dan Rachel Sweetie, sepasang sahabat yang terpisah dan bertemu kembali. Tiga tahun yg lalu, sebelum Rachel pindah, Rachel meninggalkan surat di sebuah buku, di bagian perpustakaan buku di took buku bekas yg dijalankan keluarga Henry. Namun surat itu tidak pernah dibaca & diabaikan Henry, membuat Rachel patah hati. Setelah kematian adiknya, Rachel pindah kembali ke kota dimana Henry tinggal.
Aku tidak menduga akan sangat menyukai buku ini. Awalnya ragu bakal menyukai kisah temporary biasa seperti ini. Buku ini begitu ringan, penuh dengan referensi buku & membuatku penasaran pada kelanjutan kisahnya pada setiap halaman yg kubaca.
Kisah persahabatan Henru & Rachel seperti kisah cinta impianku semasa masih remaja. Jadi membaca ini semacam nostalgia. Karena aku selalu percaya, cinta adalah persahabatan.
Anna Fox mengidap agorofobia. Dia sering berdiri di depan jendela. Dia hafal kegiatan para tetangganya. Dia menyaksikan perselingkuhan, namun, tidak pernah sebuah pembunuhan.
Hari itu, pemandangannya berbeda. Pisau di dada Jane—tetangga barunya, darah di kaca, jemari yang menggapai meminta pertolongan. Anna bergegas ke luar rumah untuk menyelamatkan wanita itu. Namun, agorafobia parah yang diidapnya membuatnya pingsan saat melangkah ke tempat terbuka. Saat sadar, ada Jane Russel lain di hadapannya, seorang wanita yang tidak dia kenal, Jane Russel sesungguhnya. Tidak ada yang mati, dia mungkin berhalusinasi.
Anna pun mencurigai ingatannya sendiri. Terlalu banyak minum, mereka bilang. Mungkin dia hanya berusaha mencari perhatian karena kesepian.
Kuakui plot twist mengenai siapa sebenarnya wanita yg dilihat Anna ditusuk pisau dari jendela rumahnya cukup di luar dugaan. Walau aku sdh bisa menebak sedikit2 apa yang sebenarnya terjadi. Cukup menghibur sebenarnya, walau gk istimewa sampai dapat 5 bintang.
Aza tidak pernah bermimpi akan terlibat pengejaran seorang milyarder berhadiah seratus ribu dolar. Ini semua gara-gara Daisy, sahabatnya yang tidak kenal takut. Berdua, mereka mendekati Davis, putra sang milyarder. Aza berusaha keras menjadi gadis baik-baik, sahabat dan detektif yang baik, karena dia tidak ingin mengecewakan orang-orang terdekatnya. Namun, menjalani hidup saja sudah cukup sulit bagi Aza, karena setiap saat dia harus menghadapi satu musuh besar: benaknya sendiri.
Pola berulang om John, cowok culun & cewek gaul, mulai berubah di The Fault on Our Stars, dan anehnya aku justru suka buku terakhir itu disbanding buku2 sebelumnya, An Abundance of Catherine, Paper Towns & Looking For Alaska. Turtles All The Way Down ini juga menceritakan hal yg baru gk terjebak di pola sebelumnya. AKu cukup menikmati buku ini sih.
Yang aku suka adalah dialog2 khas anak remaja dapat banget Om Green ini kalau bercerita. Kadang ada hal2 yg membuat tersenyum diantara dialog2 tersebut. Overall buku ini cukup kunikmati.
4th Colleen Hoover books I read. Aku suka sama Confess. Sejauh ini 4 buku Colleen Hoover yg kubaca Ugly Love sama Confess ini yg gk begitu keliatan insta-love. Aku agk kurang tertarik sama insta-love.
Ugly Love awalnya saling tertarik kemudian krn byk “menghabiskan” waktu bersama jadilah cinta, sedangkan Confess ternyata ada backstory Auburn-Owen yg hanya diketahui Owen (dan Adam sbnrnya tapi kan Adam sdh meninggal). Jadi walau saling jatuh cinta dgn cepat namun Owen mengingat Auburn yg dulu pernah ditemui waktu berumur 16 thn.
Ciri khas Colleen Hoover sdh terlihat stlh ak baca 4 bukunya. Dibalik alur utama ada masa lalu yg pahit, atau kejadian saat ini yg membuat 2 main protagonists blm bisa bersama. Jadi penasaran sama November 9. Semoga yg It Ends With Us pun diterjemahkan.
Tahun 1994, Ren Ishida menerima kabar kakak perempuannya, Keiko, ditikam berulang kali hingga tewas di Akakawa, kota terpencil tempat kakaknya tinggal. Ia pun memutuskan untuk sementara pindah ke kota itu sambil mengurus pemakaman dan membantu polisi menyelidiki kematian Keiko.
Namun kemudian, tanpa sadar Ren seolah mengikuti jejak-jejak terakhir yang Keiko tinggalkan. Ia mengisi posisi pekerjaan Keiko di kursus bimbingan belajar Yotsuba. Ia bahkan menerima syarat aneh untuk tinggal di rumah politisi terkemuka, di kamar yang sebelumnya ditempati Keiko.
Sinopsisnya seperti menjanjikan sebuah novel thriller, namun setelah selesai dibaca aku menjadi bingung apa yang ingin disampaikan oleh novel ini. Isinya lebih menceritakan bagaimana kehidupan sehari-hari tokoh utamanya, buka ke elemen thrillernya. Klimaksnya tidak terasa di bagian mana & endingnya juga tidak ada penyelesaian, siapa sebenarnya yang membunuh Keiko.
Buku 1 seri ini ak kasih 5 bintang, lebih karena ak suka villain nya, The Darkling. Selama baca buku kedua ini susah untuk naruh buku ini, karena ak suka sekali sebenarnya.
Namun sayangnya The Darkling hanya muncul di awal, di tengah hanya sbg visi & di akhir. The Darkling sebenarnya satu2nya org yg paling mengerti ttg Alina & kekuatannya, sayangnya dia haus kekuasaan. Dan Mal, eh, sepanjang buku hanya merasa nyaman di dekat Alina saat Alina tdk memakai kekuatannya & bersembunyi dari The Darkling. Ketika Alina dibutuhkan oleh negaranya untuk menjadi Sun Summoner. yg bisa menyelamatkan Ravka dari kejatuhan, Mal merasa tdk aman & takut pada kekuatan Alina & berharap Alina hanya menjadi org biasa.
Ak malah lebih suka Nikolai, urutan kedua pewaris tahta Ravka. Nikolai mgkn awalnya menginginkan Alina sebagai ratu hanya sebagai simbol saja, namun diantara penyataan2 konyolnya, dia pasti sedkit memiliki rasa suka ke Alina. Dan disini Mal juga bertingkah jadi kekasih cemburu yg menyebalkan.
Namun ak masih menghargai Mal krn Mal tetaplah teman Alina sejak kecil, yg mengenal ALina bahkan sebelum kekuatan Sun Summoner Alina ditemukan. Jadi bagaimanapun jika Alina yg menjadi oprg biasa tetaplah akan diterima oleh Mal. Sayangnya Mal tdk dpt mengatasi kekuatan Alina yg luar biasa. Ego lelaki, mgkn?
Gak sabar baca terakhirnya. Semoga seri ini ditutup dgn spektakuler.
my initial instinct before read this book was, i was gonna regret it, and it's true. this book is the first book from the trilogy the grisha. i hate myself for loving this book so much and so dissappointed because the publisher didn't continue to publish the next 2 books. i hate cliffhanger ahhhhhh
Bruce baru menginjak usia kedelapan belas dan mewarisi harta keluarga, beserta akses ke dalam Tech Industries dan berbagai perangkat canggih kegemarannya. Namun dalam perjalanan pulang dari pesta ulang tahunnya, Bruce melakukan sesuatu yang membuatnya dihukum menjalani pelayanan masyarakat di Arkham Asylum, penjara terkenal tempat para kriminalis paling keji ditahan. Salah satu tahanan di Arkham adalah Madeleine Wallace, gadis pembunuh yang memiliki hubungan dengan komplotan Nightwalker. Madeleine yang misterius hanya mau berbicara pada Bruce. Namun apakah Bruce berhasil meyakinkan Madeleine untuk membeberkan rahasianya, atau malah dia yang memberi gadis itu informasi yang dapat membawa Kota Gotham ke dalam kehancuran?
Penilaianku bias Karena aku adalah #teamsuksesmarielu. Tapi ada sih yang jadi pertanyaan selesai membaca buku ini. Di resensinya ada “di balik topeng batman” padahal di buku gk ada sekalipun yng menghubungkan Bruce dengan karakter Batman, baik topeng, kostum, batcave, dll.
Walaupun belum pernah nonton Kdrama, namun aku memutuskan untuk mencoba buku ini. Ternyata aspek Kdrama menjadi panduan si tokoh utama untuk memikat cowok taksirannya. Desi anak yg berprestasi di banyak bidang, termasuk bbrp ekstrakurikuler. Segala yg dia lakukan terkalkulasi & terencana dgn baik. Namun dia tdk pernah beruntung dalam hal berhubungan dgn cowok. Pengalamannya apabila dia menyukai cowok, segalanya berakhir buruk bahkan sebelum dimulai.
Ayahnya, seorang Korea yg pindah ke AS Bersama mendiang ibunya suka sekali nonton Kdrama. Suatu hari Desi menyadari kalo mau merencanakan untuk memikat cowok dia bisa menerapkan tahap2 dalam alur cerita Kdrama (yang konyol, klise & dramatis), dimana semua memiliki alur yg sama, dan berakhir bahagia pastinya. Bisakah Desi memikat cowok yg ditaksirnya, Luca dgn menerapkan tahapan Kdrama dalam kehidupan nyata? Bisakah Desi memikat cowok yg ditaksirnya, Luca dgn menerapkan tahapan Kdrama dalam kehidupan nyata?
I can relate to Desi, siswa berprestasi dgn kisah cinta gagal? Sound familiar (to me). At first I thought Desi is manipulative girl, with her Kdrama lists & architecturing her moments with Luca. Namun endingnya, walau bisa kuprediksi (khas Kdrama kan?) cukup menghiburlah. But this doesn't mean I'm gonna watch Kdrama anytime soon...
My second attemps to read Colleen Hoover books. First Collen Hoover book I read is Slammed & I didn't enjoy it. I don't what on earth is wrong with me, but I enjoy this one. I stayed up until 2.00 AM to finish it.
There are few similarity between this book & Emma Chase's Overruled. I hate Overruled, it hurts after I finished it. But, like I said, I enjoy this one. I can't generalize my taste on book based on genre or authors, I must read it before I could decide whether I like it or not.
Miles & Tate relationship feels right, not like what I feel about Stanton - Sofia, It's wrong on every corners. The problem I have while reading it just the abundance sentimental feelings on Miles side. Other than that, this book works fine for me.
Ini novel debut Sue Wallman, lebih ke genre YA Mystery, seperti We We Liar by E. Lockhart.
Skye didaftarkan ibunya ke sebuah summer camp untuk remaja2 yg sedang berduka, yg baru2 ini kehilangan anggota keluarga. Kakak Skye terbunuh musim panas yg lalu, namun Skye blm pernah menceritakan detil yg terjadi ketika kakaknya terbunuh.
Well it was great journey through the grisha world. Ruin & Rising was a great conclusion to the trilogy.
I took some time in the middle of reading this final book to re-read the first boo, Shadow & Bone. I wanted to refresh my memory about Alina & Mal relationship, it has been a while now since I finished reading the first book. And it paid off, really. Like I said before, I fell in love with the Darkling from the first book. Honestly, he was the only reason I continue reading 2 other book in the installment, in English.
The ending was so sweet, I was melting inside, no kidding. I truly understand why Tante Leigh set Alina ended up with Mal. The Darkling & Nikolai met Alina when she embrace the power of sun summoner. They wanted Alina because of her power. But Mal, although his whining & childish acts in the process, the only man who wanted her without her power. I understand now why he had hard times accepting Alina's power, but in the end, he realized that he'll still love Alina, with or without power. So no heart breaking on my side, HA!
I still loved The Darkling though, hell, I even like Nikolai. But with that ending, I think it was best that Alina ended up with Mal.
It was sad saying good bye to one great series. I intended to read the spin-off, Six of Crows duology.
Aysel, cewek jago fisika berusia 16 tahun, terobsesi untuk bunuh diri. Ibunya malu atas sang anak, teman-teman menggosipkannya, dan sang ayah menggemparkan kota kecil tempat mereka tinggal karena melakukan kejahatan sadis. Aysel tak yakin berani melakukannya sendirian. Ketika menemukan situs yang memuat bagian berjudul Suicide Partners, Aysel yakin telah mendapatkan solusi—Roman, cowok yang dihantui tragedi keluarga, sedang mencari partner bunuh diri juga.
Meskipun Aysel dan Roman tidak memiliki kesamaan, pelan-pelan mereka mulai saling mengisi. Tetapi, ketika kesepakatan bunuh diri mereka makin konkret, Aysel mulai mempertanyakan apakah ia benar-benar ingin melakukannya.
Endingnya lebih baik disbanding All The Bright Places. Penulis menyertakan keterlibatan orang tua, pada akhirnya, juga orang-orang di sekitar Aysel & Roman. Memang bbuku ini cukup ringan, dan di beberapa tempat terasa aneh dengan cerita 2 remaja bertemu untuk merencanakan bunuh diri. Namun dengan ending yang baik buku ini cukup menyenangkan untuk dibaca.
Karena melewatkan nonton filmnya jadi ini kali pertama aku membaca kisah Wonder Woman. The Grisha trilogy membuatku menyukai Miss Bardugo, walau sampai sekarang masih tertunda membeli duologi Ketterdam. Aku pasti bias menilai buku ini karena menurutku bagus & seru saja. Namun aku tetap lebih memilih Miss Bardugo menulis High Fantasy.
4,5 stars actually. Ya, ya, ak tau cerita buku ini sangat biasa, klasik & predictable endingnya, tp ak biasanya menilai sebuah buku bkn hanya dr 1 sisi itu saja.
Dua org yg sangat berbeda lingkungan & status sosial, awalnya saling benci kemudian saling jatuh cinta, biasa sekali dlm buku genre YA ataupun genre lain. Setelah itu tergantung penulisnya mampu merangkai kisah yg menarik atau tdk. Dan menurutku buku ini mampu menceritakan kisah klasik ini dgn sangat baik krn ak sangat suka ceritanya & membuatku penasaran, can't put the book down...
Sebuah series starter yg sangat menghibur, menurut penilaianku sih.
Bailey “Mink” Rydell adalah penyuka film klasik. Dia menghabiskan berbulan-bulan bertukar pesan dengan Alex teman maya-nya di komunitas film online. Bailey pindah ke rumah ayahnya, di kota yang sama tempat Alex tinggal. Namun, Bailey yang bertekad untuk menemukan Alex, malah merahasiakan kepindahannya karena ingin menghindari kecanggungan jika mereka tidak cocok di dunia nyata. Secara tak terduga, Bailey bertemu dengan teman kerja paruh waktunya bernama Porter Roth yang sangat suka mengganggu & membuatnya marah. Bailey pun sadar bahwa dirinya berada pada garis tipis antara suka, benci, atau apa pun itu yang dia rasakan untuk Porter.
Setelah membaca Morning Star yang “berat”, membaca YA contemporary yang “ringan” sungguh menyegarkan. Memang sih typical YA, ketemu, awalnya saling benci, naksir, dst plus ending yang sdh bisa tertebak. Namun perjalanannya menuju ending itu ternyata cukup menghibur, aku menyukai Bailey & Porter.
Mengingatkanku pada Geekerella, dimana seorang idola remaja menginginkan kehidupan biasa, sahabat, bahkan pacar orang biasa. Namun di buku ini genre nya misteri/thriller bukan YA contemporary.